Kamis, 03 Desember 2009

5 Muwashoffat Penghuni Surga

Ada Lima muwashoffat atau karakter para calon penghuni surga :

1. Meyakini kefanaan dunia dan kekekalan akhirat

Orang yang menyadari sifat dunia yang fana, dan adanya kehidupan yang abadi di akhirat kelak akan senantiasa lebih mengedepankan urusan akhiratnya daripada duniawinya. begitupun sebaliknya, orang yang belum sadar bahwa setelah kehidupan di dunia ini ada kehidupan yang kekal abadi di akhirat akan berleha-leha dan cenderung mementingkan dunia daripada ibadahnya.

Sebagai uamt muslim yang meyakini adanya akhirat, srga dan neraka hendaknya kita bisa seimbang dalam memperlakukan perkara-perkara dunia dan akhirat. Yang mana yang akan didahulukan...???

"Uruslah duniamu sebagaimana engkau akan mati 1000 tahun lagi, dan uruslah akhiratmu (beribadah) seperti engkau akan mati besok."

Subhanallah.......

Semoga catatan singkat ini dapat menjadi renungan untuk kita semua agar mampu hidup seimbang. Kejarlah akhiratmu, maka dunia akan masuk ke dalam genggaman tanganmu.

Ketetapan Allah

Allah 'aza wajalla telah menurunkan Al-Qur'an untuk dijadikan pedoman hidup kita sebagai manusia. Betapa istimewanya manusia diciptakan oleh Allah dengan kesempurnaan dintara makhluk-makhluk Allah yang lain. Dilengkapi dengan akal dan rohani yang membedakan Ia dengan binatang, tumbuhan dan ciptaan Allah lainnya.
Segala urusan manusia dari mulai bangun tidur sampai Ia kembali tidur telah Allah berikan lengkap selengkap-lengkapnya didalam kitabullah Al-Qur'anul kariim.
Tugas manusia hanya mengaktualisasikan visi dan pesan Islam yang ada dalam Al-Qur'an di kehidupan sehari-hari. Sulitnya manusia terutama umat muslim itu sendiri untuk menerapkan aturan-aturan Islam membuat umat Islam zaman sekarang kehilangan jati diri Islamnya. mengaku Islam, tapi tidak menjalankan apa yang Allah perintahkan dalam Al-Qur'an, kasarnya seperti itu. Coba tengok prilaku kita sekarang, apakah telah sesuai dengan ketetapan Allah ataukah malah menyimpang dari ajaran Islam. masihkah kita mengedepankan kepentingan agama kita daripada ego pribadi kita....??? pantaskah kita disebut cinta terhadap Allah jikalau kita masih bertanya tentang kebenaran Al-Qur'an yang sudah jelas-jelas Allah mempunyai ketetapan di dalamnya.

Salah satu bukti cinta kita tehadap Allah dan agama Islam adalah dengan mengamalkan isi Al-Qur'an secara benar dalam kehidupan, melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Sami'na wa ato'na , saya dengar dan saya taati. begitu seharusnya umat muslim. suatu yang telah Allah tetapkan untuk umatnya adalah yang terbaik. Ada istilah yang terbaik menurutmu belum tentu baik di mata Allah, dan yang buruk menurutmu belum tentu buruk di mata Allah.

Satu kisah pada zaman Rasulullah s.a.w, tentang ketaatan seorang hamba terhadap ketetapan Tuahannya.

Al-Qur'an surat Al-Ahzab : 36 berbunyi,

"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh, ia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata."

Ayat di atas menerangkan sebuah kisah seorang wanita sholihah bernama Zainab radiallahu anha yang denga kekuatan imannya rela mengorbankan keinginannya demi menaati perintah Allah.
Diceritakan bahwa Zainab adalah seorang gadis yang cantik, pintar, dan sholihah. Beliau juga seorang hafizah Al-Qur'an. Sebagai seorang gadis dalam hatinya ia menginginkan kelak seorang pendamping hidupnya adalah laki-laki yang sepadan dengannya. Dalam artian sama-sama sholeh, pintar, dan tentunya hafiz juga seperti dirinya. Suatu hari Rasulullah s.a.w datang ke rumahnya untuk melamarkan Zainab untuk salah satu sahabatnya, yang hanya seorang budak. Mengetahui laki-laki yang dibawa Rasulullah untuk dilamarkan dengannya itu hanya seorang budak, Zainab berfikir sejenak untuk menerimanya. Belum lagi laki-laki itu sama sekali buka kriteria calon pendamping yang di idam-idamkan Zainab. Dia tidak kaya, tidak tampan seperti yang ia inginkan dan tidak hafiz seperti dirinya. Dalam hatinya Zainab mengatakan " Aku lebih ingin engkau yang melamarku untuk dirimu sendiri, wahai Rasulullah". Zainab merasa dengan apa yang ia miliki, ia pantas bersanding dengan Rasulullah, seorang yang sudah tidak dipertanyakan lagi keimanannya. Lalu turunlah ayat 36 surat Al-Ahzab yang membuat Zainab tersadar bahwa betapa jikalau Allah telah berkehendak maka itulah yang terbaik. meskipun hal itu tidak sesuai dengan yang kita inginkan.
Akhirnya Zainab bersedia menerima pinangan sang budak itu dan mereka pun menikah dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala.



Semoga sedikit cerita di atas dapat mengingatkan kita bahwa sesungguhnya kita di ciptakan atas kehendak Allah dan atas kehendakNya pulalah kesudahan dari hidup kita kelak.


untuk rekan-rekan diharapakan saran, kritik dan komentarnya ya..^_^
Jazakallahu khoiron katsir...